Dalam ketenangan nafasmu, aku tahu ada banyak
hal yang kau alami hari ini. Jika kau sudi, berbagilah denganku. Agar
aku tahu bagamana rasanya hidup dalam telaga tatapanmu. Kau boleh
bercerita tentang aku dan pemikiranku di
sini, pemikiran yang seringkali membuatmu terheran. Apapun yang kau
lihat, kau rasa, dan kau dengar. Sebab di antara rentetan kisah yang
indah, ada kau dan aku di dalamnya. Anggap saja ini rumahmu. Tempat di
mana kau merasa lebih nyaman dan teduh ketika perjalananmu mencapai
akhir. Biarkan semuanya mengalir melalui jari jemarimu yang menekan
keyboard dengan leluasa. Menulis itu seharusnya semudah bernafas, kata
temanku. Tak perlu takut untuk menunjukkan sudut pandangmu dalam melihat
sebuah peristiwa. Atau cerita yang sering terlintas dalam benakmu. Yang
terpenting itu sudut pandang sejujurnya yang kau miliki saat ini.
Ada banyak sisi warna yang sama antara kita, ketika kutemukan kau menari di ujung sudut lirikan mataku saat cahaya senja dan desiran angin menyibak rambutmu hingga terurai seperti tarian gemulai jemarimu. Sisi warna yang terkadang menyimpan romantisme tentang kebebasan dan memiiki. Terlalu rumit kujelaskan dalam kesederhanaan yang kau bawa. Hingga sering aku merasa gagap jika bertemu mata denganmu, berbeda halnya jika dengan orang lain.
Jujur. Mungkin ini yang sering membuatku terhanyut dalam ide-ide yang sering membuatmu tertawa. Ide-ide frontal terkadang miris dalam tulisan. Atau mungkin juga aku memang membutuhkan ini? Agar semua bermuara pada rasa leganya jiwa. Kau sering menyembunyikan setiap senyummu juga tawa manjamu dalam percakapan kita, walau aku tahu sebenarnya kau sedang ingin bermanja dengan waktu kebersamaan kita. Hanya saat itu mungkin kita masih belum dewasa dan memiliki sudut pandang yang berbeda tentang “hal apa yang terbaik bagi diri ini”.
Kita serupa dalam warna hidup walau ada beberapa yang tak sama. Dan tentu saja bersama denganmu menjadikan aku lebih mudah dalam melangkah.
Aku Mencintaimu,
to my Love Choirul Efendi
0 komentar:
Posting Komentar